PENGOBATAN ALTERNATIF ONLINE RSBI

PENGOBATAN ALTERNATIF ONLINE RSBI
TABIB BERIJIN RESMI, HERBAL 100% ALAMI, AMAN SUDAH IJIN B-POM DAN HALAL MUI, PENGOBATAN MENGGUNAKAN HERBAL YANG SUDAH DIPERKAYA DENGAN RUQYAH ISLAMI YANG SYAR'I. HARGA TERJANGKAU. INFO LENGKAP KLIK PADA GAMBAR. SMS/WA TABIB UNTUK KONSULTASI DAN PEMESANAN OBAT DI: 08121341710 ATAU 0811156812

Wednesday, October 12, 2016

Imam Mahdi. Allah SWT, Subhanallah, masyarakat islami, pengobatan islami, ibadah islami, ekonomi islam, dunia islam, hadis shahih, kajian al qur’an

PENGANTAR

Polemik berita datangnya Imam Mahdi selalu actual untuk diulas dan dibicarakan. Pasalnya, masalah ini hingga kini masih menjadi buah bibir di kalangan kaum muslimin, khususnya kaum pelajar dan intelektual. Ironis memang, tatkala melihat orang yang bukan bidangnya ikut andil terjun menangani kontroversi masalah prinsip ini, sehingga bukannya menyembuhkan, tetapi justru malah meruwetkan masalah.

Beragam komentar pro kontra bermunculan seputar masalah Mahdi di akhir zaman. Betapa banyak para penulis dan penceramah berani menegaskan dengan penuh percaya diri, tanpa ragu sedikitpun: “Hadits-hadits tentang Mahdi seluruhnya palsu, hanya karangan politisi Syi’ah”!![1]. Sebaliknya, tak sedikit juga kalangan yang berkomentar dengan mantap: “Si anu adalah Mahdi yang ditunggu-tunggu”. Padahal dia tidak mengerti ciri-ciri Mahdi yang hakiki.

Melihat fenomena di atas, tentu kita tidak bisa tinggal diam begitu saja, kita harus berani bicara kebenaran dan menepis kebatilan. Alangkah bagusnya ucapan Ali ad-Daqqaq rahimahullah: “Orang yang tidak berani bicara kebenaran adalah syetan yang bisu dan orang yang bicara kebatilan adalah syetan yang bicara”. [2]

.

TEKS DAN TAKHRIJ HADITS

Ketahuilah wahai saudaraku -semoga Allah merahmatimu- bahwa hadits-hadits tentang datangnya Imam Mahdi banyak sekali, ada yang shahih, hasan, dha’if bahkan maudhu’. Untuk menyeleksinya perlu penelitian ahli hadits. Berikut kami paparkan beberapa contoh hadits yang shahih mengenai kedatangan Imam Al-Mahdi:

Hadits Pertama:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم: لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيْهِ رَجُلاً مِنِّيْ أَوْ مِنْ أهْلِ بَيْتِيْ يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِيْ وَاسْمَ أَبِيْهِ اسْمَ أَبِيْ يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya dunia tidak tersisa kecuali tinggal sehari saja, maka Allah akan memanjangkan hari itu sehingga mengutus seorang laki-laki dari keturunanku atau dari ahli baitku, namanya seperti namaku dan nama ayahnya seperti nama ayahku, dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi kedhaliman dan penganiayaan”.

Orang yang meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu ada dua:

1. Zirr bin Khubaisy

* Riwayat Abu Daud: 4282, Tirmidzi: 2230, 2231, Ahmad 1/376, 377, 430, 448, Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 10/10213-10230 dan Al-Mu’jam Ash-Shaghir hal. 245, Abu Nuaim dalam Al-Hilyah dan Al-Khatib dalam Tarikh Baghdad.
* Imam Tirmidzi berkata: “Hasan Shahih”. Imam Adz-Dzahabi menshahihkannya dalam At-Talkhis 4/442 dan disetujui oleh Syaikh Al-Albani.

2. Alqomah (bin Martsyad)

* Riwayat Ibnu Majah: 4082 dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 4/264.
* Syaikh Al-Albani berkata: “Sanadnya hasan”.

Hadits Kedua:
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه: الْمَهْدِيْ مِنَّا أَهْلَ الْبَيْتِ يُصْلِحُهُ اللهُ فِيْ لَيْلَةٍ

Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Al-Mahdi adalah dari keturunan kami, ahli bait, Allah memperbaikinnya (memberi taufik dan hidayah) dalam sehari”.

Orang yang meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib ada dua:

1. Muhammad bin Hanafiyyah

* Riwayat Ibnu Majah: 4085, Ahmad 1/84, Al-Uqaili dalam Adh-Dhu’afa: 470, Ibnu Adi dalam Al-Kamil 2/360 dan Abu Nuaim dalam Al-Hilyah 3/177 dari Yasin Al-Ijli dari Ibrahim bin Muhammad bin Hanafiyyah dari ayahnya.
* Sanad hadits ini hasan. Seluruh perawinya terpercaya kecuali Yasin yaitu Ibnu Syaiban, haditsnya hasan. Namun dia tidak sendirian, dia dikuatkan oleh Salim bin Abu Hafshah (haditsnya hasan) sebagaimana riwayat Abu Nuaim dalam Akhbar Ashbahan 1/170 sehingga hadits ini naik kepada derajat shahih.[3]

2. Abu Thufail

* Riwayat Abu Daud: 4283, Ahmad 1/99 dengan lafadz seperti hadits Abdullah bin Mas’ud.

* Syaikh Adzim Abadi berkata dalam Aunul Ma’bud 11/251: “Sanadnya hasan dan kuat”. Dan dishahihkan Syaikh Ahmad Syakir dan Syaikh Al-Albani dalam Takhrij Ahadits Fadhail Syam hal. 44.

Hadits Ketiga:
عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم: الْمَهْدِيْ مِنِّيْ أَجْلَى الْجَبْهَةِ أَقْنَى الأَنْفِ يَمْلأَ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا وَ يَمْلِكُ سَبْعَ سِنِيْنَ

Dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Al-Mahdi adalah dari keturunanku, berdahi lebar dan berhidung mancung, dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya terpenuhi dengan kedhaliman dan dia berkuasa selama tujuh tahun lamanya”.

Orang yang meriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri ada dua:

1. Abu Nadhrah

* Riwayat Abu Daud: 4285 dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 1/556 dari jalur Imran Al-Qaththan dari Qotadah dari Abu Nadhrah dengannya.
* Al-Hakim berkata: “Hadits ini shahih menurut syarat Muslim”. Dan disetujui Adz-Dzahabi. Syaikh Al-Albani berkata: “Sanadnya hasan”.

2. Abu Ash-Shiddiq[4]

* Riwayat Tirmidzi: 2232, Ibnu Majah: 4083, Ahmad 3/21 dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 4/557 dari jalur Zaid Al-‘Ummi dari Abu Ash-Shiddiq.
* Imam Tirmidzi berkata: “Haditsnya hasan”.
* Al-Hakim berkata: “Shahih menurut syarat Muslim”. Dan disetujui Adz-Dzahabi dan Al-Albani.

.
Hadits Keempat:
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رضي الله عنها قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم يَقُوْلُ : الْمَهْدِيْ مِنْ عِتْرَتِيْ مِنْ وَلَدِ فَاطِمَةَ

Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Al-Mahdi adalah dari keturunanku dari anak keturunan Fathimah”.

* Riwayat Abu Daud: 4284, Ibnu Majah: 4086, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 4/557, Abu Amr Ad-Dani dalam As-Sunan Al-Waridah fil Fitan: 99-100 dan Al-Uqaili dalam Adh-Dhu’afa: 139, 300 dari jalur Ziyad bin Bayan dari Ali bin Nufail dari Said bin Musayyib dari Ummu Salamah secara marfu’.

* Syaikh Al-Albani berkata: “Sanadnya jayyid (bagus), seluruh rawinya terpercaya”. [5]

Demikianlah beberapa contoh hadits yang shahih tentang kedatangan Imam Al-Mahdi. Bagi saudara yang ingin memperluas hadits-hadits lainnya, silahkan membaca kitab Al-Idha’ah Lima Kana wa Maa Yakunu Baina Yadai As-Sa’ah oleh Al-Allamah Shiddiq Hasan Khan dan Al-Urful Wardi oleh Imam As-Suyuthi. Wallahu A’lam.

1. Haditsnya Mutawatir

Melihat begitu banyaknya hadits tentang kedatangan Imam Mahdi, maka para pakar ilmu hadits menetapkan bahwa hadits-haditsnya mencapai derajat mutawatir, diantaranya adalah Imam Abul Hasan Al-Aaburri[6], as-Sakhawi dalam Fathul Mughits 3/43, asy-Syaukani dalam At-Taudhih fi Tawaturi Maa Jaa fil Muntadhar wad Dajjal wal Masih[7], Shiddiq Hasan Khan dalam al-Idha’ah hal. 112, As-Saffarini dalam Lawami’ Anwar 2/84, Syaraful Haq Adzim Abadi dalam Aunul Ma’bud 11/243, al-Kattani dalam Nadhmul Mutanatsir hal. 147, al-Barazanji dalam Al-Isya’ah li Asyrat As-Saa’ah hal. 87, Muhammad Habibullah Asy-Syinqithi dalam Al-Muqni’ Al-Muharrir hal. 30, al-Albani dalam Majalah Tamaddun Islami 22/646 -sebagaimana dalam Maqalat Al-Albani hal. 110-, Syaikh Abdul Aziz bin Baz dalam Majmu Fatawanya 4/98-99, dll.

2. Para Ulama Yang Menshahihkan

Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah 4/41 menyebutkan lima belas nama ulama yang menshahihkan hadits-hadits-hadits tentang Mahdi, bahkan sebagian mereka menegaskan tentang kemutawatirannya. Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Ismail menulis sebuah kitab berjudul “Al-Mahdi Haqiqah Laa Khurafah”[8]. Pada hal. 35-36 beliau menyebutkan daftar nama ulama yang menshahihkan hadits-hadits tentang Mahdi, baik para ulama dahulu maupun sekarang:

1. al-Uqaili
2. al-Aburri
3. as-Suhaili
4. al-Khaththabi
5. al-Baihaqi
6. Ibnu Atsir
7. al-Haitsami
8. Ibnu Hibban
9. Ibnul Jauzi
10. al-Mundziri
11. Ibnu Taimiyyah
12. Ibnu Qayyim
13. adz-Dzahabi
14. Ibnu Katsir
15. Ibnul Arabi
16. ash-Shan’ani
17. al-Munawi
18. al-Mubarakfuri
19. Syamsul Haq Abadi
20. al-Haitami
21. al-Ajluni
22. az-Zurqani
23. Ibnu Hajar
24. ash-Shabban
25. Shiddiq Hasan Khan
26. as-Sindi
27. as-Suyuthi
28. Ali al-Qari
29. al-Kattani
30. abu Su’ud
31. abul Ala’ Iraqi
32. as-Sakhawi
33. as-Saffarini
34. al-Qasthalani
35. al-Bushiri
36. al-Kisymiri
37. Abdur Rahman asy-Syaibani
38. al-Qurthubi
39. asy-Syakani
40. as-Samruzi
41. Muhammad al-Faasi
42. Jalaluddin Yusuf
43. Abu Zaid al-Qasimi
44. Ahmad Syakir
45. Abu Abdir Rahman
46. al-Albani
47. Abdul Qadir al-Farisi
48. Muhammad Abu Syuhbah
49. al-Mar’I Hanbali
50. Humud at-Tuwaijiri
51. Muhammad Basyir as-Sahsawani
52. Abdul Aziz bin Baz
53. Abdul Qadir Salim
54. Muhammad Husain Makhluf
55. Habibullah as-Syinqithi
56. Sayyid Sabiq
57. Manshur Ali Nashif
58. Muhammad Amin as-Sinqithi
59. Dan masih banyak lagi lainnya.

Barangsiapa yang mencoba untuk menyelisihi mereka, maka hendaknya meletakkan mereka dalam suatu timbangan kemudian meletakkan dirinya dalam timbangan, kemudian bercermin dengan keadilan . Semoga Allah merahmati seorang yang mengetahui kadar dirinya sendiri.
أُوْلَئِكَ آبَائِيْ فَجِئْنِيْ بِمِثْلِهِمْ
إِذَا جَمَعَتْنَا يَا جَرِيْرُ الْمَجَامِعُ

Merekalah orang tuaku, maka datangkanlah padaku semisal mereka

Apabila perkumpulan mengumpulkan kita wahai Jarir.[9]

3. Kesepakatan Ulama

Berdasarkan dalil-dalil yang sangat jelas di atas, maka seluruh ulama terpercaya bersepakat bahwa turunnya Isa kelak di akhir zaman merupakan aqidah Islam yang wajib diimani oleh setiap muslim. Diantara para ulama yang menegaskan kesepakatan tersebut adalah Imam As-Saffarini.dalam Lawami’ul Anwar 2/84, kata beliau: “Iman terhadap kedatangan Mahdi merupakan kewajiban sebagaimana ditetapkan oleh ahli ilmu sehingga dikategorikan termasuk aqidah Ahlu Sunnah wal Jama’ah”.

4. Beberapa Kitab Khusus Tentang Al-Mahdi[10]

Begitu seriusnya masalah penting ini, maka sebagian peneliti hadits menulis secara khusus. Diantaranya:

* Imam Abu Nuaim Al-Ashbahani rahimahullah menulis sebuah kitab berjudul “Akhbar Al-Mahdi” sebagaimana disebutkan Imam Suyuthi dalam Al-Urful Wardi 2/64 -Al-Hawi-.
* Al-Hafizh Ibnu Abi Khaitsamah rahimahullah mengumpulkan hadits-hadits tentang Al-Mahdi dalam sebuah kitab sebagaimana disebutkan Ibnu Khuldun dalam Muqaddimah Tarikhnya hal. 556.
* Al-Hafizh Jalaluddin Ash-Suyuthi rahimahullah dalam bukunya yang berjudul “Al-Urful Wardi fi Akhbar Al-Mahdi” telah dicetak bersama Al-Hawi lil Fatawi 2/57.
* Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah menulis risalah khusus tentang Al-Mahdi sebagaimana beliau sebutkan dalam kitabnya An-Nihayah 1/30.
* Syaikh Ali Al-Muttaqi Al-Hindi rahimahullah memiliki risalah khusus tentang Al-Mahdi sebagaimana disebutkan dalam kitab Al-Isya’ah li Asyrat Sa’ah hal. 121.
* Syaikh Mula Ali Al-Qari rahimahullah menulis kitab berjudul “Al-Masyrab Al-Wardi fi Madzhab Al-Mahdi” sebagaimana dalam Al-Isya’ah hal. 113.
* Al-Hafizh Asy-Syaukani rahimahullah dalam risalahnya “At-Taudhih fi Tawaturi Maa Ja’a fi Al-Mahdi wa Dajjal wal Masih”.
* Al-Allamah Ash-Shan’ani rahimahullah dalam telah mengumpulkan hadits-hadits tentang kedatangan Al-Mahdi sebagaimana disebutkan Shiddiq Hasan Khan dalam Al-Idha’ah hal. 114
* Syaikh Abdul Alim Abdul Adzim rahimahullah menulis sebuah risalah “Al-Ahadits Al-Waridhah fi Al-Mahdi fi Mizan Al-Jarh wa At-Ta’dil”. Risalah ini adalah referensi yang paling luas tentang Al-Mahdi sebagaimana dikatakan oleh Al-Allamah Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad dalam Majalah Al-Jami’ah Al-Islamiyyah edisi 45 hal. 323.
* Syaikh Al-Allamah Abdul Muhsin Al-Abbad rahimahullah dalam risalahnya “Aqidah Ahli Sunnah wal Atsar fi Al-Mahdi Al-Muntahdar” dan “Ar-Raddu ‘ala Man Kadzdzaba bil Ahadits As-Shahihah Al-Waridah fi Al-Mahdi”. Dan keduannya telah tercetak.

.
SYUBHAT PENGKRITIK HADITS

Sangat disayangkan sekali, aqidah mulia ini telah digugat oleh sebagain kalangan, diantaranya adalah Syaikh Muhammad Rasyid Ridha rahimahullah dalam Tafsir Al-Manar 9/499-504, Muhammad Farid Wajdi rahimahullah dalam Dairah Ma’arif Al-Qarni Al-‘Isyrin 10/480, Ahmad Amin rahimahullah dalam Dhuha Islam 3/237-241, Muhammad Al-Ghozali rahimahullah dalam Musykilat fi Thariq Hayat Islamiyyah hal. 139[11], Ust. Umar Hubaisy rahimahullah dalam Fatawa hal. 334-335

Kesimpulan kritikan mereka sebagai berikut:

1. Hadits-haditsnya tidak ada yang shahih

2. Ucapan Imam Ibnu Khuldun

3. Hadits-haditsnya karangan para politisi kelompok Syi’ah

4. Haditsnya tidak diriwayatkan Imam Bukhari Muslim

5. Haditsnya saling bertentangan

6. Membendung para pengaku Mahdi yang dusta

7. Menyebabkan manusia tidak berusaha

.

MENJAWAB SYUBHAT

Sekarang kami mengajak para pembaca untuk mengikuti bersama kami sanggahan atas kritikan-kritikan tersebut:

1. Hadits-haditsnya tidak ada yang shahih

Jawab: Siapakah yang mengatakan demikian?! Apakah mereka ahli hadits?! Ataukah ahli kalam dan filsafat yang tidak mengerti ilmu hadits?!! Tak perlu kita memperpanjang pembicaraan lagi, karena kami kira penjelasan di atas sudah cukup bagi pencari kebenaran[12].

2. Ucapan Imam Ibnu Khuldun

Seringkali para pengkritik berhujjah dengan keterangan Ibnu Khuldun dalam kitabnya yang masyhur itu dan menipu umat dengannya.

Jawab: Alasan ini tidak bisa diterima karena dua sebab:

Pertama: Ibnu Khuldun bukanlah ahli hadits. Oleh karena itulah para pakar hadits mengingkari dan membantah keterangannya tersebut. Diantaranya Al-Allamah Shiddiq Hasan Khan, beliau berkata setelah menukil ucapan Ibnu Khuldun: “Masalahnya tak seperti yang dia terangkan. Dan kebenaran lebih utama untuk diikuti”, Syaikh Adzim Abadi dan Al-Mubarakfuri mengatakan: “Dia jatuh dalam kesalahan dan jauh dari kebenaran”.[13]

Syaikh Al-Allamah Ahmad Syakir rahimahullah berkata:

“Ibnu Khuldun tidak faham kaidah ahli hadits “Al-Jarh Muqaddam ‘ala Ta’dil” (Celaan lebih didahulukan daripada pujian). Seandainya dia mengetahui dan memahami kaidah tersebut, niscaya dia tidak akan berucap seperti ini. Atau mungkin dia tahu tetapi sengaja melemahkan hadits-hadits tentang Al-Mahdi karena situasi politik pada masanya”. Kemudian beliau menjelaskan bahwa keterangan Ibnu Khuldun banyak memuat kesalahan[14]”. [15]

Syaikh Al-Albani rahimahullah juga berkata:

“Ibnu Khuldun telah melakukan kesalahan yang amat fatal tatkala melemahkan kebanyakan hadits-hadits tentang Mahdi. Hal itu tak aneh, karena memang ilmu hadits bukanlah bidangnya”. [16]

Kedua: Sekalipun Ibnu Khuldun menilai bahwa kebanyakan hadits tentang Mahdi adalah cacat, tetapi beliau tidak melemahkan semuanya. Perhatikan ucapan beliau usai memaparkannya: “Inilah beberapa hadits yang diriwayatkan oleh para imam tentang kedatangan Al-Mahdi di akhir zaman. Sebagaimana anda lihat sendiri tidak ada yang selamat dari cacat kecuali sedikit atau sedikit sekali”.[17]

Oleh karena itulah Imam Muhammad Nasiruddin Al-Albani berkata dalam Ash-Shahihah 4/40: “Barangsiapa menisbatkan pada Ibnu Khuldun bahwa beliau melemahkan seluruh hadits tentang Al-Mahdi, sungguh dia telah berdusta baik lupa maupun sengaja”.[18]

3. Hadits-haditsnya karangan para politisi kelompok Syi’ah dan seluruh sanadnya tak luput dari seorang rawi Syi’ah.

Jawaban: Alasan ini sangat rapuh sekali karena:

Pertama: Menyatakan secara mutlak seperti itu tidak benar dan hanya dugaan semata yang tidak ada buktinya karena empat hadits yang telah saya sebutkan di atas, tak ada seorang rawi-pun dalam sanadnya yang dikenal termasuk golongan Syi’ah. Benar, memang ada beberapa hadits tentang Mahdi yang dikarang oleh Syi’ah tetapi para ahli hadits telah menjelaskan secara detail dan terperinci tentangnya sehingga dapat terbedakan. “Adanya hadits-hadits tentang Mahdi yang palsu karena karangan politisi Syi’ah atau sejenisnya tidaklah berarti kita mengingkari hadits shahih tentang Mahdi” sebagaimana dikatakan oleh Ustadz Muhammad Hidhir Husain (Syaikh Al-Azhar dahulu).

Kedua: Taruhlah memang semua hadits tentang Al-Mahdi tak luput dari rawi Syi’ah[19], maka hal itu tidaklah merusak keabsahan hadits karena perselisihan madzhab bukanlah syarat absahnya suatu hadits sebagaimana diterangkan dalam kitab-kitab mustholah hadits. Oleh karenanya, Imam Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dalam kitab shahihnya dari beberapa rawi Syi’ah dan kelompok-kelompok lainnya.[20]

4. Haditsnya tidak diriwayatkan Imam Bukhari Muslim

Jawaban:

Pertama: Apakah hadits-hadits shahih hanya terhimpun dalam Shahih Bukhari dan Muslim saja?!! Tak ada satupun ulama yang mengatakan demikian, karena banyak juga hadits-hadits shahih yang terhimpun dalam kitab-kitab Sunan, Musnad, Mu’jam dan ensiklopedi hadits lainnya. Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata: “Sesunggunya Bukhari dan Muslim tidaklah mengeluarkan seluruh hadits shahih dalam kitabnya. Buktinya keduanya telah menshahihkan beberapa hadits dalam selain kitab shahihnya tersebut sebagaimana Tirmidzi dan lainnya menukil dari Bukhari bahwa beliau menshahihkan beberapa hadits yang tidak ada dalam kitab shahihnya, tetapi dalam kitab sunan”. [21]

Kedua: Sebenarnya dalam Shahih Bukhari Muslim ada beberapa hadits yang memberikan isyarat tentang Al-Mahdi seperti:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم: كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ ابْنُ مَرْيَمَ فِيْكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ؟!

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bagaimana kalian apabila Isa bin Maryam turun pada kalian dan imam kalian dari kalian?!”. [22]

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم يَقُوْلُ: لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ يُقَاتِلُوْنَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. قَالَ: فَيَنْزِلُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمْ: تَعَالَ صَلِّ لَنَا. فَيَقُوْلُ: لاَ, إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمَرَاءُ, تَكْرِمَةُ اللهِ عَلَى هَذِهِ الأُمَّةِ

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang berperang di atas al-haq dan tegar (menang) hingga hari kiamat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maka Isa bin Maryam turun, lalu amir mereka mengatakan: Ayo, majulah menjadi imam shalat kami. Isa menjawab: Tidak, sesungguhnya sebagian kalian adalah pemimpin pada sebagian lainnya, kemulian Allah atas umat ini”.[23]

Al-Allamah Shiddiq Hasan Khan rahimahullah setelah membawakan beberapa hadits yang banyak sekali dalam kitabnya Al-Idha’ah hal. 144, beliau mengakhirinya dengan hadits Jabir di atas lalu berkomentar: “Memang benar dalam hadits ini tidak ada kata “Al-Mahdi” secara jelas, namun tidak ada maksud lain dari hadits ini dan hadits-hadits sejenisnya melainkan adalah Al-Mahdi yang dinanti-nanti sebagaimana dijelaskan dalam beberapa hadits dan atsar yang banyak sekali”.

Hal tersebut karena “hadits itu saling menafsirkan satu sama lainnya”. Diantara hadits yang menjelaskannya adalah sebagai berikut:

عَنْ جَابِرٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم: يَنْزِلُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمْ الْمَهْدِيْ: تَعَالَ صَلِّ لَنَا. فَيَقُوْلُ: لاَ, إِنَّ بَعْضَهُمْ أَمِيْرُ بَعْضٍ, تَكْرِمَةُ اللهِ هَذِهِ الأُمَّةَ

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tatkala Isa bin Maryam turun, amir mereka Al-Mahdi mengatakan: Kemarilah, imami kami dalam shalat. Isa menjawab: Tidak, sesungguhnya sebagian mereka adalah pemimpin atas lainnya, kemulian Allah pada umat ini”. [24]

5. Haditsnya saling bertentangan

Jawaban:

Anggapan ini tertolak karena Ta’arudh (kontradiksi) antara hadits barulah dianggap kalau memang haditsnya sama-sama shahih, tetapi kalau yang satu shahih dan satunya dha’if maka jelas tidak dianggap sebagaimana diketahui oleh setiap orang yang belajar ilmu hadits. Sebagai contoh hadits dari Ummu Salamah di atas: “Al-Mahdi adalah dari keturunanku dari anak keturunan Fathimah”. Dengan hadits Utsman bin Affan secara marfu’:

الْمَهْدِيْ مِنْ وَلَدِ الْعَبَّاسِ عَمِّيْ

Al-Mahdi dari keturunan anak Abbas, pamanku.

* Bagaimana bisa dipertentangkan, sedangkan hadits Ummu Salamah sanadnya shahih dengan hadits maudhu’ yang diriwayatkan Imam Daruqutni dalam Al-Afrad no. 26, Ad-Dailami 4/84 dan Ibnu Jauzi dalam Al-Wahiyat: 1431 dan pada sanadnya tedapat rawi bernama Muhammad bin Walid Al-Qurasyi, sedangkan dia pendusta.[25]

* Jadi anggapan kontradiksi tersebut hanyalah muncul dari hadits-hadits yang tidak shahih tentang Mahdi. Sedangkan hadits-hadits yang shahih, maka tiada kontradiksi sedikitpun.


6. Membendung para pengaku Mahdi yang dusta

Jawaban:

Pertama: Sesungguhnya Imam Mahdi yang dikhabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki ciri-ciri yang jelas sebagaimana penjelasan dalam hadits-hadits di atas seperti keluar di akhir zaman, laki-laki, keturunan ahli bait, namanya Muhammad bin Abdullah, berdahi lebar, berhidung mancung, menegakkan agama dan keadilan, dermawan dan shalih, mengimami Isa bin Maryam dalam shalat. Dengan demikian, apabila ada yang mengaku Mahdi sedangkan tidak sesuai dengan ciri-ciri tersebut, maka berarti dia adalah pendusta.

Kedua: Para ulama telah membantah para pengaku Mahdi dusta tersebut[26]. Jadi, benar kami setuju dengan kalian dalam mengingkari para pengaku Mahdi secara dusta seperti Juhaiman (Saudi Arabia) seperti halnya Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadiyani, seorang dajjal India[27] yang mengaku sebagai Nabi Isa lalu mengaku sebagai Nabi. Namun seperti inikah cara kita membendung para pendusta tersebut?!! Apakah kita mengingkari aqidah yang shahih hanya karena adanya pengaku dusta tersebut?!! Kalau demikian caranya, kita akan bertabrakan dengan kaidah kita sendiri. Coba fikirkan, apa kita juga akan mengingkari adanya ilmu dan ulama karena adanya orang-orang bodoh yang mengaku sok berilmu?!! Dan apabila ada sebagian yang mengaku sebagai Tuhan seperti Fir’aun dan Dajjal, apakah cara membendungnya dengan mengingkari adanya Tuhan?!! Tidak, sekali-kali tidak!! Demikian pula kita beriman tentang Imam Mahdi yang hakiki dan mendustakan para pengaku Mahdi yang palsu.


7. Menyebabkan manusia tidak berusaha

Jawaban:

Kami sependapat dengan kalian dalam mengingkari pemahaman keliru dan khurafat Syetan ini, karena tidak ada keterangan sedikitpun dalam hadits-hadits Mahdi yang mengisyaratkan bahwa kejayaan Islam tidak mungkin digapai sebelum datangnya Mahdi. Namun kalau memang ada sebagian kalangan yang berpemaham keliru seperti itu, apakah caranya dengan mengingkari hadits-hadits shahih tentang Mahdi ataukah dengan memahamkan kepada mereka bahwa faham tersebut keliru tanpa mengingkari hadits shahih tentang Mahdi?!! Tak ragu lagi bahwa cara kedua ini yang benar. [28]


Kesimpulan:

Sesungguhnya keyakinan datangnya Imam Mahdi termasuk aqidah yang ditetapkan dalam hadits-hadits mutawatir yang wajib bagi setiap muslim untuk mengimaninya karena hal itu termasuk perkara ghaib[29], sedangkan beriman dengan ghaib adalah sifat orang-orang yang beriman sebagaimana firman Allah:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ ِفيهِ هُدَى لِلْمُتَّقِينَ . الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ

Kitab (Al-Quraan) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. (QS. Al-Baqarah: 2-3).

Dan tidak ada yang mengingkari aqidah ini kecuali orang yang jahil atau sombong. Saya memohon kepada Allah agar mewafatkan kita dalam beriman terhadapnya serta aqidah-aqidah shahih lainnya.[30]

.

(Sumber: Ust. Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi)